Sekilas Pandang

Kumpulan Resep Tradisional ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Another Tit-Bit...

Lorem ipsum dolor sit amet, nisl elit viverra sollicitudin phasellus eros, vitae a mollis. Congue sociis amet, fermentum lacinia sed, orci auctor in vitae amet enim. Ridiculus nullam proin vehicula nulla euismod id. Ac est facilisis eget, ligula lacinia, vitae sed lorem nunc.

Peran Pesantren Dalam Menjawab Dinamika Masyarakat

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Alloh atas segala limpah dan karunianya Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat beserta salam semoga tercurah selalu kepada Nabi Muhammad Saw. Kepada para keluarga , sahabat dan orng-orang yang senantiasa komitmen kepada ajarannya.

Makalah ini berjudul tentang Pesantren Cipasung dan Perubahan Masyarakat Sekitarnya , berbicara tentang kiprah dan hal ihwal pesantren cipasung .

Penulis menyadari masih banyak keurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu sumbang saran dan kritik konstruktif begitu dinanti demi perbaikan karya dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada kepada Bapak dosen pengampu yang telah memberikan pencerahan dalam melakukan analisa komperhensip tentang sejarah sosial pendidikan islam.

Semoga Alloh SWT berkenan menerima amal kebaikan semuanya dan membalasnya dengan yang lebih baik.

Penulis.

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini masyarakat islam mulai menyadari bahwa islamlah dasar pendidikan yang mampu mendidik manusia menjadi makhluk yang rahmatan lil’alamin . Berbagai penelitian yang berkaitan dengan metode pendidikan diberbagai negara ternyata menyimpulkan bahwa sistem berasrama adalah sistem yang terbaik. Dimana guru sebagai pendidik dan para murid hidup dalam satu lingkungan yang sama.

Guru berperan sebagai pengajar / penyampai informasi, pembimbing, pembina dan memberi teladan bagi para muridnya dalam berbagai aspek kehidupan. Para murid pun menerima pelajaran, baik yang disampaikan secara formal maupun non formal . Sehingga proses belajar dan pembentukan kepribadian bagi murid bisa berlangsung sepanjang hari dan setiap saat. Metode ini sangat efektif dalam membentuk karakter dan kepribadian murid. Inilah hakekat dari metode pesantren.

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai keunikan tersendiri dia mempunyai arti penting bagi keluarga besar pesantren itu sendiri Bahkan dalam komunitas muslim dampak positifnya bisa meluas. Tidak terbatas pada santrinya saja, tetapi juga kepada masyarakat yang hidup di sekitar pesantren. Sehingga pesantren pun bisa berperan sebagai lokomotif dalam membangun peradaban.

Pesantren memang merupakan sub kultur begitulah K.H. Abdurahman Wahid mengatakan. Ia adalah komunitas kecil bagai miniatur masyarakat yang berbaur dengan masyarkat itu endiri.

Begitu banyak orang meneliti tentang keberadaan pesantren karena varian –varian yang ditonjolkan oleh pesantren masing-masing. Dewasa ini pesantren ditantang untuk memberikan kontribusi lebih dalam mendampingi masyarakat dan negara, di nanti dan diharapkan peran positifnya bagi perkembangan sosial pendidikan masyarakat .

Untuk itu kajian makalah ini akan membicarakan sekitar harapan terhadap pesantren tentang apa saja yang harus dilakukan setelah menjelaskan apa yang telah dilakukan pesantren dalam sejarah panjangnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren ini lewat para alumninya pernah menorehkan tinta emas dalam sejarah panjang perjuangan bangsa ini .

Pondok pesantren sebagai lembaga yang berakar dalam masyarakat telah berupaya untuk tetap eksis dengan turut pula menjadikan perannya sebagai lembaga pendidikan islam, lembaga dakwah dan lembaga pengembangan dan pemberdayaan masyarakat .

Pemberdayaan masyarakat dalam arti meningkatkan taraf hidup yang lebih baik tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintan saja namun juga masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mengakar dimasyarakat dan sebagai lembaga pengembangan masayarakat sejak dahulu telah melakukan perannya yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari aspek pendidikan spiritual maupun material .

Lewat tinjauan sejarah , analisa kondisi masyarakat dan analisa pesantren itu sendiri semoga tulisan ini lebih memperjelas peran pesantren dalam menjawab tantangan abad milenium III.

BAB II

PERAN PESANTREN DALAM MENJAWAB DINAMIKA MASYARAKAT

1. PESANTREN DALAM KRONOLOGIS SEJARAH

Pesantren merupakan lembaga indegeneos atau boleh kita katakan sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, dalam sejarah pertumbuhannya terbukti berperan besar dalam beberapa hal sebagai berikut ;

Pesantren pertama kali dibangun Pada jaman Wali songo yang ditenggarai merupakan pilar awal dalam pengembangan agama islam di Jawa khususnya dan di Indonesia pada umumnya, pada decade berikutnya pesantren lebih menanamkan peran hal ini sebagai lembaga tafaquh piddin. Dari tahun ketahun pesantren senantiasa beristiqomah untuk selalu memahamkan Ajaran islam kepada umatnya .

Kemudian tibalah masanya ketika orang asing datang mau mencaplok bumi nusantara ini, dengan mengeruk paksa perekonomian bangsa dan tidak berhenti sampai disana, merekapun rupanya berupaya mencaplok aqidah umat dengan melakukan gerakan pemurtadan dan pengkafiran. Pada saat itu pesantren tampil melakukan aksi dengan menjadi benteng pertahanan dan symbol perlawanan terhadap para penjajah. Muncullah tokoh-tokoh santri yang bergerak mengobarkan perlawanan mengangkat senjata mengumandangkan seruan jihad dan perjuangan membela tanah air demi mempertahankan setiap jengkal tanah ini dari cengkraman bangsa asing, mempertahankan kemurnian akidah dari virus-virus kekafiran dan kemusyrikan yang menyerangnya. Disini peran pesantren mengkristal menjadi agen dan sentral perjuangan islam . Sebut saja mukhoroj-mukhorojnya yaitu Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Ditiro, Tuanku Imam Bonjol. Dan tentu saja generasi terakhir pada decade ini adalah K.H. Zainal Mustofa dari Sukamanah.

Perjuangan dalam membebaskan diri dari belenggu penjajah lewat senjata ternyata redup dibawah bisingnya peluru para penjajah, walau dengan susah payah mereka dapat menaklukan dan merebut setiap jengkal bumi indonesia dan kita berada dalam kegelapan kolonialisme , hidup dalam cengkraman penjajah selama lebih dari tiga setengah abad. Dari kegelapan ini perlahan muncul seberkas sinar pencerahan akan suatu kesadaran dan komitmen bahwa perjuangan tidak boleh berhenti dan harus terus digelorakan namun dalam bentuk lain, yaitu pencerdasan, perlawanan terhadap kebodohan , dan peperangan diplomasi. Hal ini terlahir dari satu analisa bahwa kita berhasil dijajah karena bodoh, tidak berpendidikan dan terbelakang. Semangat untuk menghapus virus ini mendorong timbulnya pergerakan–pergerakan pendidikan, lahirnya berbagai organisasi yang berujung pada perjuangan memerdekakan bangsa yang malang ini. Lagi-lagi pesantren begitu besar perannya dalam mendorong bahkan menjadi lokomotif dalam perjuangan pergerakan ini. Maka bermunculanlah berbagai organisasi dimana santri terlibat aktif didalamnya seperti Muhammadiyah, Persis, Syarikat Islam dan lain-lain. Bahkan diantara organisasi ada yang didirikan oleh para santri seperti Taswirul Afkar, Nahdlatul Ulama, Perti, Perhimpunan Para ulama dan lain-lain. Disini kiprah pesantren dalam merebut kemerdekaan begitu jelas perannya.

Proklamasi kemerdekaan berhasil dikumandangkan, bumi tercinta ini berhasil direbut kembali para pahlawan dari tangan penjajah. Namun tidak semudah itu, masih begitu panjang proses dalam mempertahankannya dari para penjajah yang senantiasa bernafsu mencaplok kembali bumi nusantara ini. Maka muncullah barisan-barisan perlawanan terhadap mereka dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Peranan pesantren begitu besar dalam membentuk pesantrennya menjadi basis perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan dimana produk mereka adalah Hijbullah dan Sabilillah, juga diantara para santri banyak yang masuk kebarisan TNI. Kita mengenal beberapa tokoh ini diantaranya K.H. Yusuf Hasyim, KH. Syaifudin Juhri, sebagai Panglima Sabililah dan Hijbullah, K.H. Nur Ali , KH, Soleh Iskandar dan lain-lain.

Setiap even perjuangan Indonesia dalam menegakkan kemuliaan Negara ini tidak pernah ketinggalan para santri dan pesantren didalamnya. Hal ini menunjukkan betapa pesantren senantiasa terlibat aktif dalam merespon dinamika masyarakat yang terjadi sepanjang sejarah perjalanan bangsa indonesia selain sebagai agen utamanya yaitu lembaga tafaquh fiddin. Karena tetap saja pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang bertugas mencetak generasi terbaik untuk disuplai bagi bangsa dan masyarakat agar menjadi yang terbaik.

Disamping peran yang tidak bisa dinafikan adalah pesantren senantiasa berada disamping masyarakat menjadi ibu bagi mereka, mengasuh dan mengayomi, berkiprah dalam social dan kebudayaan, selalu aktif dan berpartisifasi dalam mengawal dan mengemongi perkembangan masyarakat disekitarnya.

Pada awal masa orde baru secara politik pesantren tidak diuntungkan bahkan dimarginalkan penguasa saat itu. Pesantren yang terpinggirkan kembali berkonsentrasi dan beristiqomah pada fungsi lembaga tafaquh fiddin sambil terus melakukan gerilya pergerakan dalam satu ide luhur bernama pemurnian, penegakkan dan kemuliaan islam. Masa ini merupakan jaman kelam dan memilukan bagi pesantren dimana kiprah mereka betul-betul dinafikan, dijadikan pecundang dan kambing hitam dalam setiap kasus dan pergolakan yang terjadi di Indonesia. Posisi pesantren betul-betul terpinggirkan bahkan sebagai lembaga pendidikanpun perannya dalam mencerdaskan masyarakat tidak mendapatkan pengakuan apalagi penghargaan. Hal ini memaksa pesantren untuk berujlah dari hingar bingar pergaulan nasional, menutup komunikasi serta memfokuskan diri pada konsep awal pesantren itu didirikan walau dengan segala keterbatasan akses, dana dan daya dukung eksternal. Ibarat pemuda ashabul kahfi yang lebih memilih tinggal di gua demi menyelamatkan akidah dan keyakinannya.

2. PERAN PESANTREN DI ABAD MILENIUM III

Kini masa anti terhadap pesantren telah berakhir meninggalkan era antagonistis pemerintah terhadapnya, melewati masa resiprokal atau masa saling melihat antara pemerintah dengan pesantren dan selanjutnya pemerintah mulai melirik dan mengakui peran pesantren dalam pembangunan bangsa ini. Bahkan bolehlah pesantren bernafas lega ketika Undang-Undang Sisdiknas mulai mengakomodir pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang patut diperhatikan. Hal ini juga yang mendorong pesantren untuk keluar dari sarangnya, keluar dari gua ashabul kahfi, perlahan membuka diri dan berkomunikasi aktif bersama-sama kembali seiring, sejalan dengan pemerintah tanpa menumpulkan peran balancing dan kritik konstruktif bagi masyarakat dan penguasa.

Namun saat ini pesantren Pesantren dihadapkan pada persoalan lain dalam dinamika masyarakat. Telah terjadi pergeseran paradigma, pergeseran problematika dengan isu baru walau mainstream lama dan percepatan roda jaman dengan arus globalisasi dan westernisasi, serta abad informasi dan komunikasi yang membawa manusia pada satu dunia kecil dengan system global yang hanya dijangkau satu tangan saja. Ketika jelajah dunia cukup dengan jentikan jari saja. Era pasar bebas, perdagangan lintas batas, dunia yang modern, megapolitan dan maju di milanium ketiga ini. Inovasi yang tiada henti, produktifitas yang tinggi, dunia cyber yang menghegemoni seakan membuat kita menjadi keledai di buatnya. Dan sayangnya dibalik mereka adalah bukan orang-orang yang sepaham dengan pesantren.

Disisi lain kerusakan moral, seperti gunung es yang meleleh melaju begitu cepat, memporak porandakan norma dan keluhuran peradaban yang sekian lama dengan susah payah di bangun. Kemaksiatan pun ikut menglobal seperti bola salju yang menggelinding semakin lama semakin membesar dan membesar menjadi raksasa yang menakutkan, menggurita membumi hanguskan keluhuran ajaran diniyah yang selalu di jungjung tinggi. Perilaku menghalalkan segala macam, cara dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, social dan budaya. Mafia kejahatan seakan menjadi triad-triad baru dalam menghancurkan sendi-sendi utuh Negara yang terkenal santun ini.

Saat ini juga pesantren mesti dihadapkan pada isu Global Warming Pemanasan Global dimana Indonesia menempati peringkat Negara yang paling cepat kerusakan hutannya setelah sekian rentetan peristiwa alam yang tragis terjadi seakan tak mau berhenti. Mulai dari tsunami, kebakaran, polusi udara, gempa bumi, kebanjiran , perubahan iklim dan lain-lain.

Semua ini memaksa kembali pesantren untuk keluar dari sarangnya menyelamatkan dunia karena ada tugas yang sangat berat menantinya. Namun jaman telah berganti kondisi saat ini bukan yang terjadi pada abad tradisional, melainkan abad postmodernisme, sehingga mengharuskan pesantren melakukan restrukturisasi dan revitalisasi dengan mensetel dan meng up gread sopt ware namun tetap mempertahankan hard ware nya untuk menghadapi problem komplek dimasyarakat global saat ini.

Tentu saja untuk menghadapi semua itu pesantren harus mulai berbenah diri mengimbangi bahkan mengendalikan jaman dengan melakukan percepatan kurikulum. Revolusi ilmiah dan inovasi terdepan demi menegakkan ketinggian islam dan membuktikan bahwa islam itu rohmatan lil alamin dalam kaca mata yang lebih luas.

Pesantren harus tampil menghadapi tiga persoalan tersebut diatas dengan menjadi agen of change, lokomotif kemajuan dengan gerbong keadilan serta senantiasa menjadi oase bagi panasnya wabah demam masyarakat yang hampir tidak mengenal dirinya sendiri.

Pesantren dituntut menguasai teknologi, melihat kenyatan yang terjadi pada pesantren rasanya seperti suatu yang utopia. pesantren yang tradisional, pesantren yang lugu, pesantren yang sederhana dan lain sebagainya. But the weaknes have ti be strong, disanalah letak dari kekuatannya, sejarah telah membuktikan bahwa pesantren bisa melakukan semua itu, dengan keikhlasan para founthing fathernya, dengan keistiqomahan dan kemandirian seluruh elemennya, pesantren harus mampu menjadi kendali yang hampir putus dari arah jaman yang carut marut ini.

Semoga tulisan ini menyadarkan kita semua bahwa pesantren bukanlah sebagai tukang stempel belaka, bagi legitimasi sebuah kekuasaan, tempat sowan bagi para pelaku politik yang ada maunya, tukang penutup doa dari acara formalitas belaka. Namun lebih luhur dari itu, lebih tinggi dari semua itu yaitu mengajak manusia serta bersama dengannya untuk menuju kepada terciptanya Negara yang terbaik, dunia yang terbaik, dunia yang khoir, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari segala kemunkaran. Inilah mutiara dari firman Allah nan Agung.

ولتكن منكم امة يدعون الي الخير ويامرون بالمعروف وينهون عن المنكر واؤلئك هم المفلحون

Dan hendaklah ada diantara kalian sekelompok umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari kemunkaran dan merekalah orang-orang yang berbahagia. (Ali-Imron: 104)

Lewat pesan ilahiah ini , seyogyanya Pesantren menajamkan perannya di millennium tiga ini dengan tiga poin penting.

  1. Mengajak kepada kebaikan

Tentu saja tidak akan efektif dalam mengajak kepada kebaikan , bila pesantren bukan yang terbaik dalam segala hal , tidak mempunyai prestasi dan bernilai plus dimata masyarakat, tidak berdaya guna bagi stake houlder sekitar pesantren . maka seyogyanya hal ini yang pertama dikedepankan yaitu upaya perbaikan tanpa henti untuk menjadi yang terbaik dalam bidang-bidang sebagai berikut :

ü Terbaik dalam Manajemen, baik itu managemen pengelolaan, managemen kepemimpinan, managemen keuangan , managemen pemasaran , managemen pengendalian mutu, managemen organisasi , managemen konplik, dan managemen sumber daya manusia

ü Terbaik dalam kompetensi kelulusan, baik out put para santri, dinilai secara porto polio. Juga out comenya, dimana para santri lebih aktif berbaur, menjadi suntikan electron ditengah–tengah masyarakat maju. Dengan menjadi pandu dalam segala hal . Pesantren harus mampu menelorkan para santri yang cerdas, kreatif, inovatif, komitmen dan tentu soleh , takwa juga punya jiwa jihad. Para alumni yang betul-betul menjadi lokomotif bagi masyarakat sekitarnya agen of change dan agen of control bagi lingkungannya .

ü Terbaik dari sisi produk, sarana dan prasarana . Pesantren hendaknya menjadi pilot proyek dalam sumber informasi dan teknologi , menjadi altertnatif pembentukan masyarakat madani di millennium ketiga ini, dengan menampilkan sosok yang maju, sejahtera dan taqwa.

Barulah pesantren dapat mengajak kepada khoer yang para ulama mufassirin menafsrikannya dengan makna dinul islam.

  1. Memerintahkan kepada yang ma’ruf

Hal yang ma’ruf adalah segala sesuatu yang dipandang baik oleh syara walaupun adat tidak memandangnya baik. Disini peran pesantren begitu besar dalam merubah paradigma dimasyarakat tetang ma’ruf itu sendiri agar dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi tradisi yang dimiliki masyarakat muslim .

Ada beberapa tingkatana dalam pelaksanaan peran ini;

  1. Tingkatan sosialisasi yaitu menginformasikan seluruh ajaran islam dengan berbagai cara dan kemasan yang menarik tentunya
  2. Melakukan himbauan akan pentingnya melaksanakan ajaran islam secara kaafah dan melakukan keteladanan dalam pelaksanaan tersebut.
  3. Melakukan pengkondisian dengan mendetak kader–kader militan yang siap menjadi pandu di masyarakat , juga kerja sama serta koordinasi yang baik dengan berbagai pihak terutama pemerintah dalam penerapan yang ma’ruf ini.
  1. Melarang dari hal yang munkar

Munkar adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syariat islam walaupun tradisi menganggapnya baik. Disini Peran pesantren berupaya merubah paradigma dimata masyarakat untuk menganggap jelek setiap kemungkaran walaupun tradisi leluhur menganggap baik. Ada upaya revolusi budaya dalam mengarahkan masyarakat islam ini.

Ada beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan pesantren :

a. Taraf sosialisasi yang hati-hati, cermat , jelas, lemah lembut dan bijaksana.

b. Upaya keteladanan secara sistematik dan sistemik dalam menjauhkan diri dari

kemunkaran.

c. Upaya pemberian stigma negatif secara sosial dan budaya akan jeleknya

kemunkaran tersebut.

d. Melakukan gerakan sosial kemasyarakatan dengan propaganda halus dalam

memerangi kemunkaran tersburt.

Selain peran ilahiah tersebut diatas pesantren perlu menajamkan peran dalam pemberdayaan masyarakat terutama di abad milenium III ini. Ada beberapa upaya yang dapat dikembangkan dalam pola pemberdayaan masyarakat ini diantaranya :

  1. Meningkatkan kualitas SDM dari para pengasuhnya dengan berbagai pelatihan, lokakarya seminar dan work shop.
  2. Penempatan sarjana pendamping bersama pesantren untuk membangun pesantren itu sendiri dan bersama dengan sarjana pendamping membangun masyarakat
  3. Membuka diri terhadap berbagai bentuk kerja sama dengan berbagai pihak diluar pesantren seperti perusahaan atau instansi pemerintah. Dalam melaksanakan berbagai program dimasyarakat .

BAB III

KESIMPULAN

Sebenarnya masih banyak pembahasan mendalam tentang pesantren ini karena begitu besar PR yang harus dilakukan pesantren di tengah masyarakat ini , namun keterbatasan penulis dalam mengungkapkannya sehingga dicukupkan sekian saja. Namun dari coretan kecil ini ada beberapa kesimpulan yang mungkin dapat kita ambil pelajaran darinya .

  1. Pesantren mempunyai peran yang begitu besar dalam setiap even perjuangan islam dan negara ini Dari mulai jaman para wali , penjajah dan kemerdekaan serta pembangunan saat ini.
  2. Kenyataan sejarah ini menuntut pesantren untuk terus berkiprah ditengah masyarakat agar memberikan yang terbaik bagi agama bangsa dan negaranya.
  3. Pesantren dalam menajamkan perannya di maysarakat milenium III perlu melakukan upaya up greading, dan melakukan transformasi agar tetap up to date dan menjadi primadona bagi masyarakat sekitar .

Semoga pesantren tetap eksis dan menjadi apa yang disabdakan Rasululloh Saw bahwa manusia yang terbaik adalah yang memberikan manfaat bagi manusia. Dalam arti lain Lembaga yang terbaik adalah lembaga yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Oleh : Ust. Anwar Ansori

0 komentar:

Posting Komentar